Desa Sugian, Kecamatan Sambelia memiliki potensi pertanian yang sangat besar dengan hasil yang sangat melimpah. Namun berbarengan dengan hal itu, kebutuhan pupuk kimia juga sangat tinggi. dengan pupuk kimia bersubsidi ketersediaannya terbatas, sedangkan pupuk non-subsidi harganya mahal. Oleh karena itu pada Jum’at, 9 Agustus 2024, pemerintah desa Sugian mengadakan “Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik” untuk meningkatkan kemampuan petani di Sugian dan agar petani mengatasi tingginya kebutuhan pupuk di Desa Sugian.
Pupuk organik dibuat dari bahan-bahan alami seperti sampah organik dan kotoran hewan sehingga mudah didapatkan dan tidak mencemari lingkungan. Oleh karena itu pupuk organik dapat menjadi solusi kebutuhan pupuk yang tinggi dan kebutuhan akan pertanian ramah lingkungan.
Dalam acara pelatihan yang diadakan di balai desa ini, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu Pemanfaatan Biofertilizer untuk Pertanian Berkelanjutan, Pembuatan Pupuk Organik Cair Ember Tumpuk, Pupuk Organik Dalam Manajemen Hara Tanaman, Pengenalan Dampak dan Alternatif Pestisida Kimia, dan Sosialisasi Kesehatan Keselamatan Kerja Bidang Pertanian.
Untuk mengawali kegiatan pelatihan, diawali dengan kegiatan pertama yang berjudul “Pemanfaatan Biofertilizer untuk Pertanian Berkelanjutan”. Kegiatan ini berfokus pada pembuatan biofertilizer dari urin sapi. Biofertilizer merupakan pupuk organik yang mengandung mikroorganisme hidup dan berfungsi untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pada kegiatan ini disampaikan beberapa materi kepada kelompok tani beberapa diantaranya yaitu pengertian biofertilizer, manfaat biofertilizer, cara pembuatan biofertilizer, dan aplikasi biofertilizer. Para kelompok tani juga diajak membuat bersama biofertilizer dengan menggunakan bahan berupa urin sapi. Program kerja ini sangat disambut antusias oleh para kelompok tani, sehingga dari program kerja ini diharapkan para petani dapat beralih menggunakan pupuk organik, dan dapat memanfaatkan biofertilizer untuk pertanian yang berkelanjutan.
Kemudian, dilanjutkan kegiatan kedua yang berjudul “Pembuatan Pupuk Organik Cair Ember Tumpuk”. Dalam kegiatan ini, diperkenalkan alat Ember Tumpuk yang merupakan Reaktor Biokompos HI sederhana. Ember tumpuk akan menjadi tempat pembuatan biokompos dari sampah organik yang akan diuraikan oleh Maggot Black Soldier Fly. Maggot Black Soldier Fly (BSF) merupakan fase larva dari lalat BSF, yang merupakan lalat penghisap nektar bunga yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Dalam Kegiatan ini, perwakilan kelompok tani diperkenalkan dengan maggot BSF, dan dibina untuk membuat ember tumpuk sebagai alat pembuat pupuk organik cair. Dengan kegiatan ini, diharapkan petani dapat memanfaatkan sampah organik untuk pembuatan pupuk organik cair.
Setelah kegiatan tersebut, dilanjutkan dengan kegiatan ketiga “Pupuk Organik dalam Manajemen Hara Tanaman”. Manajemen hara tanaman adalah proses pengelolaan dan pemantauan unsur hara atau nutrisi yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dengan optimal. Ini melibatkan pemilihan dan pemberian pupuk yang tepat, pemantauan kondisi tanah, serta pengaturan faktor-faktor lain yang mempengaruhi ketersediaan dan efisiensi penggunaan hara oleh tanaman. Tujuannya adalah untuk memastikan tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan hasil dan kualitas tanaman serta menjaga kesehatan tanah. Terdapat fenomena dimana kebiasaan petani adalah menggunakan pupuk kimia tanpa mengetahui kebutuhan tanamannya. Salah satu komoditas unggul yang dibahas adalah tanaman tembakau yang merupakan salah satu komoditas utama di Desa Sugian. Beberapa topik khusus yang dibahas dalam materi ini adalah cara mengenali kebutuhan tanaman tembakau akan hara tertentu, penelitian terkait kombinasi pupuk organik dengan pupuk kimia yang dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia dengan tetap menjaga hasil pupuk terhadap tanaman dan ajakan kepada petani untuk menggunakan pupuk organik. Dengan memanfaatkan pupuk organik diharapkan petani dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia sehingga dampak yang ditimbulkan ke tanah seperti degradasi tanah dan lainnya dapat berkurang.
Selanjutnya “Pengenalan Dampak dan Alternatif Pestisida Kimia”. Dalam kegiatan ini, perwakilan kelompok tani dikenalkan dengan dampak penggunaan pestisida kimia berlebih terhadap lingkungan. Petani juga dikenalkan alternatif dari pestisida kimia dan diajak untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia.diharapkan melalui kegiatan ini petani dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia sehingga lingkungan dapat lebih terjaga.
Dan kegiatan terakhir “Sosialisasi Kesehatan Keselamatan Kerja Bidang Pertanian”. Melalui survei yang telah dilakukan, penerapan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) para petani di Desa Sugian khususnya saat proses pemupukan masih belum optimal. Oleh karena itu, Kegiatan Sosialisasi Kesehatan Keselamatan Kerja Bidang Pertanian disusun untuk menangani masalah tersebut. Para perwakilan anggota dari kelompok tani diberikan edukasi mengenai dampak negatif dari paparan bahan kimia pada pupuk kimia dan pestisida serta bagaimana cara untuk mencegahnya. Selain itu, para peserta juga dipaparkan mengenai alat pelindung diri (APD) yang harus digunakan ketika bertani. Harapannya program ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan APD ketika bertani dan mulai beralih ke pupuk organik untuk menghindari dampak negatif pada kesehatan.